Top post

Maju sejauh mungkin dan tetap melangkah menggunakan kaki dengan bergantian

Senin, 30 Mei 2016

Bahagia, gak harus banyak uang (Edisi anak Kost)

Jek sahabatku, orang yang selalu mengarungi berbagai macam hari bersamaku. Dari hari masuk sekolah, hari libur, hari banyak uang transfer, hari ngutang di warteg langganan, dan hari-hari lainnya yang selalu menyuguhkan cerita.
Perkenalkan, namaku Iyan, sudah merantau sejak masuk kelas 1 SMK di Bandung, penikmat lagu SLANK, menjalani hidup Rock N Roll (Aku percaya begitu). Dan si Jek, sahabatku, dia juga sama, merantau untuk mengambil ilmu sepertiku. Dia awalnya pendiam, hobinya mendengarkan lagu slow barat, tapi setelah satu kost bersamaku, aku ajarkan bagaimana menikmati hidup tanpa perlu sekarung uang.
Malam itu, empat menit sebelum tepat pukul sembilan malam, aku berjalan bersama Jek menyusuri jalanan komplek menuju tempat Kost kami, sehabis pesta teh manis tanpa alkohol dan pengawet di Kostan temanku. Tak seperti biasanya, jalanan sepi seperti tanpa penghuni.
"Jek tumben sepi jalan, kemana tukang tambal ban ??" Tanyaku pada si Jek, yang dari tadi jalan sambil nunduk.
"Iya, tumben, mereka sembunyi dari Jhombi, Yan," jawab si Jek, yang mungkin maksudnya Zombie.
"Mungkin, Jek. Aku juga tadi jam 6 ketemu Zombie di kamar mandi, dia ga pake baju,"
"Wah, serius, Yan ?? Tadi kan yang di kamar mandi....... Aku !!?? Ahhh sialan kau, Yan !!!" Kata si Jek, sambil mengejarku.
"Iya, kamu, Jhombi Zomblo," balasku sambil berlari.
Setelah kami saling berlari, ala balap marathon, aku dan si Jek istirahat di suatu Masjid. Disana ada pak Wardi, pak Hamid, dan satu lagi aku ga tau siapa namanya. Mereka sedang mengobrol setelah selesai mengadakan pengajian rutin di lingkungan RT setempat. Timbul keinginanku untuk masuk kedalam Masjid, tentu aku ajak si Jek agar menemaniku, dan dia mau melakukannya.
Sebelum masuk, kami mengambil dulu air wudhu untuk menyucikan diri.
"Assalamu alaikum," ucap salamku saat masuk Masjid.
"Waalaikum salam," jawab bapak-bapak yang sedang asik ngobrol.
Aku langsung menunaikan sholat Isya, yang kebetulan aku belum melaksanakannya. Setelah selesai sholat dan berdoa, aku langsung melirik ke-arah Kotak Amal.
"Pak, boleh saya minjem kotak amal ??" Tanyaku pada pak Hamid.
"Buat apa ?? Itu ga ada uangnya,"
"Gapapa, pak, saya minjem sebentar,"
"Ya, silakan, asal jangan dibawa pulang, ga ada lagi," kata pak Hamid.
Aku langsung mengambil kotak amal, dan menempelkan mulut dibagian lubang untuk memasukan uang. Itu membuat bapak-bapak dan si Jek bingung, kenapa aku melakukan hal itu !!??
"Yan, kamu ngapain ??" Tanya pak Wardi padaku.
"Iya, Yan, ngapain ?? Cewek masih banyak, Yan, jangan nyiumin Kotak Amal, Dinda juga masih mau sama kamu !!" Sambung si Jek.
"Ehh, jangan si Dinda mah, harus diseleksi kalo si Iyan mau jadi pacar Dinda," protes pak Wardi.
"Hehehe, akumah ga diseleksi, Yan," jawab si Jek.
Kamu mau tau ?? Dinda itu anak pak Wardi, dan pak Wardi adalah bapak kost aku sama si Jek, tapi kami lebih senang menyebutnya "Bapak Mertua".
"Kamu abis ngapain, Yan ??" Tanya pak Wardi saat aku selesai menempelkan mulutku pada Kotak Amal.
"Saya abis nyumbang doa, pak. Tadinya pengen nyumbang uang, tapi ga ada, yaudah doa aja," jawabku.
"Kan doa mah gaperlu gitu juga bisa, Yan !! Euh kamumah bikin cemas orang aja," tegur pak Wardi.
"Heheh, gapapa pak, nanti kalo dibuka, tinggal bapak hitung ya, Assalamu alaikum, pak," kataku sambil pamit pergi keluar Masjid.
Si Jek tertawa mengingat kejadian itu, karena dia sudah cemas takut aku kerasukan jin di Masjid.
Sekarang giliran ide gila si Jek. Diperjalanan, dia menulis surat diselembar kertas, lalu dia simpan sambil berjalan.
"Surat apa itu, Jek ??" Tanyaku.
"Gapapa. Yan, bikin onar ah, kita memanaskan suasana malam," jawab si Jek sekaligus mengajakku beraksi.
"Okey, kemon, tapi ngapain ??" Aku terima ajakan si Jek.
"Sini, Yan," kata si Jek, sambil menghampiri sebuah rumah yang ga ada CCTV nya sambil membawa batu kerikil.
"Buat apa bawa batu ?? Kamu kebelet ??" Tanyaku pada si Jek
"Buat nahan kertas. Yan, aku nanti nyimpen kertas ini, terus kamu matiin KWh nya, kalo udah, kita sembunyi dibelakang pohon," perintah si Jek padaku.
"Oh gitu, siap lah, emang apa itu tulisannya !?" Tanyaku penasaran.
"Nanti aja liat."
Setelah semua rencana berjalan lancar, dari dalam rumah itu keluar seorang lelaki, langsung menyalakan lampu, dan membaca surat yang ada di atas keset sambil tertawa. Aku dan si Jek memantaunya dari belakang pohon di sebrang jalan. Si Jek, tertawa kecil. Saat pemilik rumah masuk, aku membawa kembali surat si Jek yang diletakan dilantai. Setelah aku baca, si Jek menulis surat seperti ini:
"Jika anda ingin kaya raya ?? Maka Bekerjalah !! Tapi jika ingin kaya dengan sedikit cepat, maka sumbanglah anak Kost yang belum ditransfer. Jika anda gak sempat ngasih secara langsung, simpanlah uangnya di pohon, nanti kami ambil.. Tertanda, anak kost."
Itulah isi surat si Jek, yang membuat kami bisa tertawa sepanjang jalan. Dan itulah kisah kami malam ini, tertawa tanpa uang dan alkohol, sambil berharap esok hari, di pohon ada sedikit rezeki dari Allah S.W.T aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar